Berakit-rakit ke hulu, berenang kemudian. Peribahasa ini tepat kiranya untuk mengambarkan kondisi awal berdirinya SBL (suara budi luhur). Bermula dari inisiatif menghidupkan organisasi masyarakat antar agama di tingkat dusun yang diberi nama Paguyuban Budi Luhur (PBL), mereka melakukan berbagai kegiatan salah satunya Radio Komunitas. Radio ini sebagai media kampanye perdamaian dan wahana untuk mempererat persaudaraan antar individu masyarakat yang berbeda keyakinan di Dusun Ngepeh. Oleh karena itu, program acara di radio milik rakyat ini bertujuan untuk merangkul semua masyarakat dari semua agama agar tercipta kerukunan dan perdamaian. Lebih dari itu, keberadan radio ini sebagai pusat informasi bagi masyarakat Ngepeh dan sekitarnya.
Dusun Ngepeh berada di sebelah selatan Jombang, termasuk wilayah Desa Rejoagung Kec. Ngoro Kabupaten Jombang. Di dusun Ngepeh hidup tiga agama; Islam dengan jumlah pemeluk sebanyak 1641 orang, Kristen 104 orang, dan Agama Hindu 58 orang. Di dusun Ngepeh memiliki beberapa tempat ibadah yaitu masjid 1 buah, pure 1 buah dan gereja sebanyak 2 buah (Gereja Bet L dan Gereja Pantekosta). Tapi penganut Kristen terbagi dalam tiga aliran yaitu GKJW, Pantekosta dan Bet L).
Pendirian Rakom SBL berawal dari keberuntungan. Ketika keinginan mendirikan rakom itu muncul, tiba-tiba ada tawaran dari Radio Radika FM yang akan berhenti mengudara karena adanya penertiban radio komersil tanpa ijin dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Kemudian pengelola radio itu berinisiatif untuk membuat kesepakatan kerjasama dengan PBL. ”Semua perangkat audio radio milik SBL awalnya dari Radika FM, namun setelah saya mengikuti pelatihan di Surabaya tentang peningkatan kinerja Rakom pada bulan September 2006 lalu, ada rekomendasi setelah pelatihan agar semua peserta dari perwakilan Rakom di Jawa Timur, diminta untuk mengajukan badan hukum Rakom agar nantinya tidak ada intimidasi dari pihak manapun. Akhirnya, saya dan kawan-kawan membuat proposal itu dan menyetorkannya pada bulan Desember 2006 kepada pihak Pro Media, dan pada bulan Januari 2007 kami mendapatkan legalitas tersebut,” terang Ely Sandra, salah satu pengurus dan penyiar di Rakom SBL.
Ditengah kemajemukan agama, SBL mampu membuktikan kepada semua orang meskipun dalam satu komunitas terdapat perbedaan keyakinan tetapi tetap bisa melangkah bersama-sama dalam berbagai kegiatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya paguyuban fans SBL yang mengadakan kegiatan rutin dari mingguan sampai bulanan yakni arisan fans dan temu fans yang dikelola oleh komunitas masyarakat yang mengaku sebagai pendengar dan pecinta berat Radio Suara Budi Luhur.
Kini usia SBL telah memasuki tahun ke-5, tepat pada tanggal 12 Oktober 2008 saat diadakan perayaan ulang tahun. Berbagai elemen masyarakat diundang langsung untuk menyaksikan rentetan peringatan yang dimeriahkan dengan berbagai hiburan dan juga pembagian puluhan doorprice. Disela acara yang cukup meriah itu, beberapa ucapan selamat terus mengalir dari berbagai perwakilan Rakom lainya di Jombang.
Berencana Bentuk Koperasi
Di Rakom SBL, jumlah kru yang aktif sebanyak 12 orang, jumlah itu tetap dari tahun pertama berdiri hingga sekarang. Mereka sebagian besar berasal dari Ngepeh dan satu orang dari Ngoro. Dari 12 orang itu kini telah memiliki ciri khas sendiri, yang diasah dari proses pengalaman dalam penyiaran sehari-hari.
Kedepannya, ada sebuah harapan positif bahwa SBL akan menambah jam khusus tentang informasi Jombang dan sekitarnya dan pendidikan. Selain itu, akan memberikan hiburan kepada masyarakat luas yang semakin memberikan respon sangat positif. ”Kemajuan yang bertahap inilah yang mampu membuat SBL tetap mempertahankan komitmennya pada jalur radio komunitas. Meski kru SBL tanpa gaji dan tanpa bonus, mereka tetap berada dijalur komitmen Radio Komunitas untuk membangun persatuan antar umat beragama,” Jelas Nur Alim, seorang tokoh masyarakat dari komunitas Hindu yang mempelopori berdirinya SBL.
Kemajuan SBL ini, juga tak lepas dari peran serta seluruh fans yang turut serta dalam menyokong keberlanjutan SBL. Untuk itu, ide program siaran pun diarahkan untuk fans pula. Mulai dari kegiatan sosial maupun ragam program penyiaran. Wadah untuk memperkuat para fans tersebut, telah dilakukan sejak tahun lalu dengan mengalang arisan serta dana sosial. Para anggota dan pengurus sepakat ada dua agenda arisan mulai dari Rp 100 ribu tiap bulanya. Sedangkan pada tiap tanggal 15 ada arisan Rp 5 ribuan, ditambah seribu rupiah untuk dana kas operasional radio. ”Kini SBL tambah maju, terlihat dari jumlah fans baik aktif maupun pasif semakin banyak. Dari arisan ini kami terus meningkatkan menjadi rencana pembentukan koperasi, kegiatan arisan kami angap sebagai tabungan, sedangkan koperasi akan dijadikan pusat simpan pinjam yang bertujuan untuk menolong fans lainya yang membutuhkan,” tutur Nur Alim.
Kegiatan arisan yang telah berjalan sejak tahun 2007 lalu, telah memperkuat keberlanjutan Radio Komunitas. Minimal dengan adanya arisan biaya operasional perbaikan alat mulai terbantu, disamping itu arisan juga akan dijadikan tangga awal untuk merintis rencana pendirian koperasi. Namun ide ini, menurut Nur Alim masih dalam tahap perbincangan dengan pihak pengurus dan beberapa orang saja. ”Rencananya akan kami sosialisasikan bulan depan, kami tidak akan memaksa berdirinya koperasi. Jika nantinya anggota arisan masih belum siap, maka kami akan terus menunggu anggota yang membutuhkan koperasi,”jelasnya
Harapan Bapak, sapaan akrab Nur Alim, memang tidak muluk-muluk yakni hanya ingin Rakom SBL tetap eksis, dan terus memberi manfaat bagi masyarakat luas. Seperti pada program acara talkshow dengan tema sesuai kebutuhan masyarakat. Semisal pada musim tanam, tentunya petani membutuhkan informasi pupuk serta benih padi yang baik yang mempunyai kualitas tinggi serta mampu meningkatkan hasil produksi ditiap musim tanam. ”Kami selalu membaca situasi dengan turun dan survey langsung melalui fans. Dari sini kami akan mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat baik berkenaan dengan pertanian, pendidikan, maupun kesehatan. Kadang ketika kami tidak mempunyai ide, tiba-tiba ada permintaan langsung dari fans, ketika maraknya wabah penyakit Demam Berdarah (DB), masyarakat waktu itu agak resah hingga kami mendatangkan nara sumber dari petugas kesehatan,” Tambahnya.
Selain cerita sukses tentunya ada pula duka dalam proses perjalanan SBL, namun hambatan tersebut selalu dapat diatasi secara bersama-sama. Pernah juga SBL mendapat komplain dari pihak radio komersil, karena dianggap telah mencaplok jalur frekuesi radio komersil tersebut. ”Kami waktu itu hanya diam saja, persoalanya ketentuan posisi radio komunitas selalu diatas 100 MHZ. Dan posisi kami benar adanya, yakni pada 100,7 MHZ maka kami biarkan saja orang-orang yang komplain. Karena sesuai visi dan misi SBL adalah menjalin persatuan dan membina perdamaian antar manusia, maka kami lebih memilih diam dari pada bertengkar,” katanya.
Suksesnya Rakom SBL dalam menjaga komitmen visi dan misi dari awal, tak lepas dari kerja-kerja semangat pra kru dan juga bantuan semua fans. Tepat kiranya diakhir tulisan ini hanya ditutup sebuah kata selamat dan sukses kepada Radio komunitas SBL FM, semoga tambah bermanfaat bagi semua umat manusia. Selain tetap memelihara Rakom tetap eksis, pengurus besar SBL juga telah menggabungan diri dengan kelompok-kelompok yang tergabung dalam Konsoursium Rakyat Jombang Berdaulat (KRJB). ”SBL siap jika sewaktu-waktu diminta untuk menyediakan ruang dan tempat bagi berkumpulnya kelompok-kelompok KRJB. Kami juga akan belajar banyak dengan kelompok lainya khususnya Rakom jaringan KRJB,” tandas Nur Alim.
(Media SIPIL, Alha-RAKA)
Jumat, 14 November 2008
Langganan:
Postingan (Atom)